Terlena Di Ranjang Mak Tukang Pijat

cerpen cinta terlarang, cerpen cinta

"Punggungnya dulu ya."

Rian menghadap ke barat, ia duduk di tepi ranjang. Mak Suri berdiri di lantai memijat punggung Rian. Rian sering minta pijat pada Mak Suri. Banyak orang yang cocok sama beliau, menurut keyakinan orang kampung, tidak semua tukang pijat bisa cocok. Kalau tidak cocok, malah tambah sakit. Pekerja kasar biasanya rutin pijat sebulan sekali.

"Sekarang, mengkurep," kata Mak Suri.

Seluruh bagian belakang badan Rian dipijat oleh Mak Suri. Sebagian terasa sakit oleh Rian. Meskipun perempuan, tangan Mak Suri cukup kuat dan tahu titik-titik masalah urat. Saat dipijat bagian paha, Rian merasa geli, tapi ia tahan. Lumayan lama Mak Suri memijat bagian belakang badan Rian. Beberapa saat kemudian bagian belakang badan Rian terasa enakan.

Waktu masih kecil Rian juga rutin dipijat oleh Mak Suri.Dia nangis dulu dan dipegangi oleh bapak dan ibunya. Ia tertawa kalau teringat masa itu. Sekarang, ia sudah dewasa, sudah mau sendiri dipijat, meskipun sakit, yang penting habis dipijat, badan terasa enak.

Baca juga: Cerpen Cinta Bu Guru, Jadi Istri Saya Saja

"Telentang, bagian depan."

Rian merasa lelah, sudah enakan bagian belakang badannya. Mak Suri memijat-mijat dada Rian. Ada beberapa titik yang terasa sakit. Lalu memijat bagian perutnya Rian. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Rian merasa beda. Ia terangsang perut bagian bawahnya diraba-raba Mak Suri. Apalagi Mak Suri lanjut memijat pangkal pahanya. Burung Rian berdiri. Mak Suri kaget. Tapi beliau malah tertawa dan memeganginya.

"Udah ingin kawin?" tanyanya.

Rian tersenyum malu. Mak Suri terus memijat paha bagian depan Rian. Ia semakin terangsang. Seakan tak sadar, lalu ia menarik Mak Suri ke atas ranjang dan menindihnya, lalu menggoyang-goyang tubuhnya. Mak Suri diam saja. Kalau menjerit, bisa ketahuan orang. Bahaya. Lalu Rian terdiam beberapa saat kemudian sambil memeluk erat Mak Suri. Pipinya menempel pada pipi Mak Suri.

"Lepas Rian," kata Mak Suri. "Untung pakaianku tidak kamu buka," katanya.

Untungnya Pakaian Mak Suri tetap utuh, jadi tidak kena barangnya. Untungnya juga sedang tidak ada yang antri, jadi tidak ada yang tahu. Riam menyerbet tetesan cairannya di pakaian Mak Suri. Dia diam tidak bicara.

"Segera kawin saja, kamu," kata Mak Suri. Dia tidak marah.

"Maaf, Mak. Saya bernafsu."

"Ayo, lanjut dulu, tinggal paha kanannya."

Nafas Rian agak ngos-ngosan.

0 Response to "Terlena Di Ranjang Mak Tukang Pijat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel